Warga berkomunikasi dengan kerabat yang dikarantina karena radiasi. (Foto: Reuters)
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, bahaya dari radiasi ini sejatinya hanya bagi mereka yang terpapar di lokasi sekitar reaktor nuklir tersebut.
“Untuk kasus di Jepang, menurut WHO, who believes the public health risk is small. Tentu maksudnya bagi mereka yang tinggal tidak di dekat lokasi reaktor nuklir. Juga tidak ada rekomendasi khusus WHO tentang makanan dari Jepang dan lain-lain,” kata kepada okezone, Rabu (16/3/2011).
Dampak kesehatan yang dialami penduduk yang tinggal di sekitar reaktor nuklir, kata Tjandra, juga berbeda-beda tergantung jumlah dosis pemaparan radiasi, jangka waktu pemaparan, dan banyaknya bagian tubuh yang terkena radiasi.
Misalnya, dosis tunggal yang diberikan dalam waktu singkat bisa berakibat fatal. Tetapi dosis yang sama yang diberikan selama beberapa minggu atau beberapa bulan, bisa hanya menimbulkan efek yang ringan.
“Jadi jumlah dosis total dan kecepatan pemaparan menentukan efek radiasi terhadap bahan genetik pada sel,” ujarnya.
Tjandra menambahkan, sindroma radiasi akut juga bisa menyerang berbagai organ tubuh yang berbeda, seperti sindroma otak yang terjadi jika dosis total radiasi sangat tinggi yakni lebih dari 30 gray. ”Ini berakibat fatal,” katanya.
Gejala awalnya berupa mual dan muntah, lalu diikuti oleh lelah, ngantuk dan kadang koma. Gejala ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya peradangan pada otak. Beberapa jam kemudian akan timbul tremor (gemetar), kejang, tidak dapat berjalan, hingga menemui ajal.
Dampak berikutnya adalah sindroma saluran pencernaan akibat terjadi dosis total radiasi yang lebih rendah, yaitu 4 gray atau lebih. Gejalanya berupa mual hebat, muntah dan diare, yang menyebabkan dehidrasi berat.
Sindrom lainnya akibat dampak radiasi ini adalah sindroma hematopioetik, yang menyerang sumsum tulang, limpa dan kelenjar getah bening. Semuanya merupakan tempat pembentukan sel-sel darah yang utama.
“Sindroma ini terjadi jika dosis total mencapai 2-10 gray dan diawali dengan berkurangnya nafsu makan, apati, mual dan muntah. Gejala yang paling berat terjadi dalam waktu 6-12 jam setelah pemaparan dan akan menghilang dalam waktu 24-36 setelah pemaparan,” jelas dia.
Menurut Tjandra, dampak radiasi nuklir juga berakibat pada kekurangan sel darah putih yang seringkali menyebabkan terjadinya infeksi yang berat. “Jika dosis total lebih dari 6 gray, maka biasanya kelainan fungsi hematopoietik dan saluran pencernaan akan berakibat fatal,” tutupnya.