Berhati hatilah bagi orang tua yang mempunyai anak puteri yang masih duduk di bangku SLTA, kami sarankan agar menjaganya dengan sebaik mungkin. Karena di jaman sekarang ini istilahnya sudah jaman gila… hehehhe
Hasan Abadi dari CV Orbit Nusantara selaku mitra Balitbang Kabupaten Malang mengatakan kepada wartawan bahwa dari 404 orang siswa yang kita jadikan sampel untuk penelitian ini, sebanyak 29 persen yang pernah melakukan hubungan sex pranikah atau sex bebas.Angka ini jelas Hasan, diperoleh dari penelitian terhadap berbagai siswa SLTA di 8 Kecamatan di Kabupaten Malang. “Hasil ini sudah kami presentasikan di hadapan 8 camat di ruang Karthanegara Pemkab Malang beberapa hari yang lalu,” akunya memberitahu.
Menurutnya, 8 camat itu adalah untuk kecamatan Kepanjen, Singosari, Turen, Lawang, Karangploso, Gondanglegi, Sumberpucung, serta Dau. “Adapun respondennya, lebih banyak berasal dari siswa SLTA yang ada di sekolah SLTA di wilayah Kepanjen,” aku Hasan. Hasan membeberkan, dari total 404 responden, yang menyatakan pernah melakukan sex pranikah, ada 116 responden atau 29 persen. Adapun responden (siswa) yang menyatakan tidak pernah melakukan sex pranikah ada 287 siswa atau 71 persen dari total responden.
“Dari 116 siswa pelaku sex bebeas itu, mereka mayoritas melakukan sex dengan pacarnya. Itu pengakuan para responden. Adapun siswa yang pernah melakukan sek pranikah, yang mengaku melakukan hubungan sex dengan orang lain atau bukan atas dasar hubungan pacaran sebanyak 21 persen,” jelasnya.
Responden yang mengaku berhubungan sex tidak dengan pacarnya, banyak mengaku karena diakibatkan karena faktor selingkuhan, faktor materi, serta hubungan suka sama suka tapi bukan pacar. Hasan juga membeberkan, dari jumlah 116 responden (29 persen) itu, yang melakukan sex pranikah mayoritas terdiri dari kaum perempuan. Yakni mencapai 65 persen.Dari para responden perempuan tersebut, banyak yang mengaku pernah akibat karena diperkosa hingga menimbulkan perilaku sex pranikahnya ketagihan dan dilakukan secara terus menerus, serta ada yang berpacaran dengan pria yang sudah bekerja atau pria yang masih kuliah (Mahasiswa).
Dari responden di 8 kecamatan itu, ditemukan, paling banyak para gadis yang terkena HIV/AIDS adalah Kecamatan Gondanglegi. Selama April 2010, sudah ada 120 orang siswa yang berasal dari Kecamatan Gondanglegi. “Para siswa di wilayah Kecamatan Gondanglegi itu, selain memiliki prilaku sex bebas, dengan memakai narkoba, juga sangat rentan terjadi penularan HIV/AIDS. Makanya banyak yang terkena HIV/AIDS,” ujar Hasan bernada serius menjelaskan. Dari mana para siswa atau responden mengetahui tentang sex? Dari hasil penelitian itu, responden mengaku, banyak memperoleh informasi tentang sex dari internet. “Kebanyakan mereka menonton video porno dari internet di berbagai warung internet yang sudah menjamur saat ini,” jelasnya.
Sementara, untuk pengetahuan HIV/AIDS, para responden (siswa) lebih banyak memperoleh dari media massa, baik cetak maupun elektronik. “Faktor mengentahui dari orang tua hanya 1 persen saja, tentang informasi sex dan HIV ini. Padahal peran orang tua amat penting dalam mendampingi atau memberikan pendidikan sex yang baik bagi anaknya,” keluh pria yang saat ini juga menjabat Sekretaris DPC Ansor Kabupaten Malang ini. Sementara itu, menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Kabupaten Malang, Adi Purwanto, pihaknya menawarkan, perlunya dibuat kurikulum lokal yang diajarkan di sekolah, mengenai pendidikan bahaya sex bebas dan bahaya HIV/AIDS.
“Pendidikan tersebut perlu diberikan kepada para siswa. Karena pendidikan sex dan HIV/AIDS itu, sangat penting dan saat ini sangat minim diperoleh siswa. Padahal, sangat penting bagi siswa untuk mengetahui bagaimana pendidikan sex dan bahaya HIV/AIDS itu,” jelasnya.
Adi mengakui, bahwa di zaman sekarang itu, pendidikan sex sangat tabu untuk dibiarakan. Padahal tidak demikian. Karena dianggap tabu, seringkali terjadi beban psikis untuk memberikan pendidikan sex kepada siswa. Manfaat siswa mengetahui bahaya sex bebas terang Adi, agar siswa mampu mencegah penularan HIV/AIDS. “Beberapa waktu lalu, saya sudah pernah berencana akan memasukkan mata pelajaran tentang pendidikan sex dan bahaya HIV/AIDS ke kurikulum SMA,” ujarnya. Namun, tambah Adi, sampai sekarang, rencana tersebut masih belum terealisai. Kedepan saya berharap, semoga kurikulum tentang bahaya sex dan HIV/AIDS itu bisa terealisasi agar para gadis harapan dan genarasi Indonesia itu bisa sadar akan bahaya sex bebas dan HIV/AIDS. Ini hal yang tragis bagi kita,” tegasnya.
sumber : punky.br4.net/2010/08/29/heboh-pelajar-slta-sex-bebas/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar